Seorang pria mabuk memalak ANGKOT
(angkutan kota)
di jalan raya. Seorang pendeta yang kebetulan lewat mengenali, ternyata si
pemabuk itu adalah salah satu anggota jemaatnya.
Pendetapun menasihati pemabuk
itu untuk tidak lagi memalak karena perbuatan tersebut termasuk dosa. Pendeta
menyuruh sang pemabuk untuk berdoa mohon ampun dan berjanji tidak lagi memalak
angkot. Sang pemabukpun berdoa dan berjanji.
Satu minggu kemudian Pendeta
bertemu lagi dengan si pemabuk itu lagi beraksi. Kali ini yang dipalak adalah
BIS. Maka Pendetapun mendekatinya lalu bertanya : “Mengapa kamu lakukan lagi?,
‘Kan kamu
sudah berdoa dan berjanji tidak memalak lagi…”
Si pemabuk langsung menjawab :
“Benar, pak Pendeta.. Tapi pak Pendeta mesti ingat, janji saya minggu lalu itu
‘kan untuk
ANGKOT, bukan BIS...., begitu pak Pendeta..!!!”
Pendeta : ????????
(Papus, 14 Desember 2011).
VERSI KUPANG
Laki- laki satu mabok parah ko
pajak oto ANGKOT (angkutan kota)
di jalan raya. Bapa Pendeda yang kebetulan lewat kenal, ternyata lak-laki mabok
tu bapa Pendeta pung salah satu jemaat. Jadi bapa Pendeta togor ko nasehat
sang dia bilang jang bapajak oto te itu dosa. Ju bapa Pendeta suruh dia berdoa
dan berjanji sonde bapajak angkot lai. Lak-laki mabok iko sa ko berdoa deng
berjanji….
Satu minggu kemudian bapa Pendeta
ketemu lagi itu laki-laki ada mabok ko pajak, ini kali lak-laki ada pajak BIS. Trus bapa pendeta pi deka-deka ko tanya tu
laki-laki mabok : “Kenapa bu ulang lai?,
‘kan bu su
berdoa deng berjani sonde bapajak lai…”
Itu laki-laki mabok langsung jawab
: “Benar bapa Pendeta… Tapi bapa Pendeta inga bae - bae, minggu lalu tu beta
berjanji sonde pajak ANGKOT, bukan BIS…, bagitu bapa Pendeta…!!!”.
Bapa pendeta : ???????
(Papus, 14 Desember 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar